Makkah dan Madinah adalah dua kota suci umat Islam. Makkah telah menjadi suci sejak penciptaan langit dan bumi, yang kemudian ditegaskan kembali kesuciannya oleh Nabi Ibrahim a.s. Sementara kota Madinah adalah kota keagungan Nabi Muhammad Saw.
Baginda Rasul mengatakan pada saat membuka kota Makkah: “Negeri ini telah diharamkan oleh Allah pada saat Dia menciptakan langit dan bumi. Dia (Makkah) adalah haram berdasarkan pengharaman Allah sampai hari kiamat (nanti). Sungguh, perang tak pernah halal di kota ini bagi siapa pun sebelumku dan tak (juga) halal bagiku kecuali sesaat di suatu siang hari. Tak boleh dipotong pohon berdurinya, tak boleh diusir hewan buruannya, tak boleh dipungut barang hilangnya kecuali bagi yang (berniat) mengumumkannya, dan tak boleh dicabut/dipotong rerumputannya.”
Baginda Nabi juga mengatakan berkenaan dengan Madinah: “Sesungguhnya Ibrahim telah mengharamkan kota Makkah, dan aku sungguh telah mengharamkan kota Madinah. Antara dua bebatuan hitamnya, tak boleh dipotong tanaman berdurinya dan tak boleh dibunuh hewan buruannya.”
Status keharaman ini merupakan berkah yang luar biasa bagi kedua Kota ini. Salah satunya berkenaan dengan hak hidup burung, praktis tak ada yang berani memburunya. Merpati pun bebas beterbangan dan hinggap di jalanan.
Namun, yang paling penting untuk diperhatikan adalah pembangunan manusianya. Barangkali ini yang diisyaratkan oleh Nabi Muhammad Saw. dalam khotbah wadak dua tahun setelah fath Makkah, “Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kamu sekalian adalah haram hingga kamu bertemu dengan Tuhanmu, seperti halnya keharaman harimu ini (hari Arafah), di bulanmu ini (Dzul Hijjah), di negerimu ini (Makkah).” Jika pembangunan manusianya sukses maka negerinya akan sukses. Bahkan, negeri kita Indonesia, yang tak haram pun, kekayaan satwa dan faunanya akan banyak terselamatkan jika pembangunan manusianya sukses. Sebaliknya, jika pembangunan manusianya gagal, kota suci pun akan ternodai, di antaranya oleh kekuatan kapitalisme yang banyak dikhawatirkan menggembok kesucian kakbah, kiblat seluruh umat Islam.
Wallaahu a’lam bishshawab.
Jeddah, Arab Saudi
Editor: Achmad Fathurrohman Rustandi