• Beranda
  • Belajar Islam
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
    • Hikmatus Salaf
  • Tokoh Islam
    • Tadarus Pemikiran Iqbal
  • Kolom
  • Buku & Kitab
    • Kimiya-yi Saadat
  • Penerbitan
  • Privat
    • Al-Qur’an
    • Bahasa Arab
    • Video Kajian
  • Tentang
    • Kirim Tulisan
    • Kontak
    • Portofolio
    • Redaksi
Afkaruna.id
Beragama dengan Akhlak
Kisah Islam

Bagaimana Cara Rasulullah Memperlakukan Para Pembencinya?

oleh Nur Hayati Aida Agustus 6, 2019
ditulis oleh Nur Hayati Aida Agustus 6, 2019 1.107 views

Pagi masih seperti biasa, orang berlalu lalang bertransaksi jual beli dengan sedikit tawar menawar. Di sudut keramaian, duduk tertunduk seorang buta yang sedang bertanya pada orang yang memberikannya makanan, siapakah engkau?

Ia selalu memperingatkan setiap orang yang lewat di hadapannya tentang seorang laki-laki yang mengaku menerima wahyu. Ia selalu berkata bahwa laki-laki itu adalah pendusta, pembual, dan penyihir. Ia mengingatkan pada siapa saja, sesekali sambil mengumpat laki-laki penerima wahyu itu.

Setiap pagi pula ia bercerita tentang laki-laki yang mengaku menerima wahyu pada seorang misterius tapi baik hati. Tiap pagi sembari menelan makanan yang diberikan laki-laki misterius nan baik hati itu, ia tak lupa menyelipkan nasihat untuk berhati-hati dan menjauhi pria yang mengaku menerima wahyu. Ia kagum benar dengan orang misterius itu. Ia merasa dirinya diperlakukan dengan tulus dan penuh kasih sayang. Sayangnya, ia selalu gagal untuk mendapatkan nama orang misterius itu. Orang itu tak pernah bicara sedikit pun, ia hanya menyuapi pria buta dengan tangannya.

Berkalang duka juga rindu, laki-laki disudut pasar itu bertanya pada seseorang yang pagi itu datang padanya:

“Siapakah engkau?”

Yang ditanya pun menjawab “Aku orang yang biasa mendatangimu.”

Pria buta itu menolak keras dengan berkata,

“Bukan, kau bukan orang yang biasa datang padaku. Ia yang datang padaku tak pernah berkata-kata dan ia tak pernah membuatku kesusahan untuk menelan makanan.”

“Aku memang bukan orang yang biasa mengunjungimu. Aku adalah salah satu temannya. Ia telah tiada, namanya Muhammad. Muhammad sang utusan.”

Mendengar itu laki-laki buta menangis sesenggukan, ternyata pria misterius nan baik hati yang tiap pagi datang kepadanya sembari membawa makanan yang telah dilembutkan adalah laki-laki yang tiap hari ia tuduh sebagai pendusta dan ia maki.

Abu Bakar Shiddiq tak kuasa menahan air matanya, ia sungguh jatuh hati pada akhlak kekasihnya itu, Nabi Muhammad Rasulullah. Abu Bakar sengaja datang ke salah satu sudut pasar Madinah setelah ia datang pada putrinya yang juga istri sahabatnya itu, Aisyah. Ia datang dengan pertanyaan:

“Duhai anakku, adakah amalan kekasihku yang belum aku amalkan?”

Aisyah pun menjawab, “Wahai Ayah, engkau telah melakukan semua yang suamiku—Muhammad Rasulullah—lakukan. Tapi ayah, ada satu hal yang ayah belum lakukan, Muhammad sang kekasih itu setiap pagi selalu mengunjungi sudut pasar kota Madinah untuk bertamu dengan seorang Yahudi buta.”

Dan kini, dua orang sedang menahan tangisnya masing-masing. Yang satu rindu pada kekasihnya yang berakhlak al-Qur’an, yang satu menyesali betapa ia telah melakukan tindakan bodoh dengan mengumpat dan menyumpahi Muhammad sang utusan yang akhlaknya telah membuat ia jatuh cinta.

Kisah di atas membuat hati selalu meleleh. Junjungan kita yang mulia Nabi Muhammad Saw. yang agung itu membalas keburukan dengan kebaikan. Nabi Muhammad tidak membalas segala hal buruk yang ditimpakan padanya dengan keburukan. Akhlak beliaulah yang membuat laki-laki di sudut pasar itu luluh. Akhlaknya adalah al-Qur’an.

Menjadi makhluk berdaging dan harus bersinggungan dengan banyak orang tak jarang mendapati kecewa atas tindakan atau ucapan yang tidak sesuai dengan hati. Namun, sebagai manusia yang bertuhan dan meyakini akhlak Nabi Muhammaad Saw. memaafkan adalah keharusan. Karena memang tidak pernah berguna membalas keburukan dengan keburukan.

Hati orang yang sedang membenci itu selalu terasa jauh. Ketika marah, bicara jadi lebih keras, seringkali berteriak dan berkata kasar. Tidak ada jalan yang lebih baik kecuali saling memaafkan pada setiap kesalahan dan kesalahpahaman. Memaafkan tidak berarti menghapus kesalahan. Memaafkan artinya adalah meneguhkan adanya kesalahan itu sendiri, untuk kemudian dijadikan dasar sebagai perbaikan atas diri untuk lebih baik lagi.

AkhlakAKhlak NabiNabi Muhammad SawNur Hayati AidaTeladan Nabi Muhammad
0 komentar
1
FacebookTwitterWhatsappEmail
Nur Hayati Aida

Santri yang tak kunjung khatam membaca al-Quran

sebelumnya
Buku dan Hidup yang Berubah
sesudahnya
Imam an-Nasafi, Ulama Besar yang Tak Banyak Dikenal

You may also like

Imam Ali, Masjid, dan Fragmen Sejarah yang Belum...

Februari 17, 2023

Dihina tapi Mendoakan Kebaikan, Dialah Panglima Khalifah Ali...

Mei 18, 2020

Kisah Perempuan Qur’ani: tidak Berbicara kecuali Ayat Al-Qur’an

Mei 14, 2020

Adab Islam Memperlakukan Pekerja

Mei 10, 2020

Kendi dan Tamu Sayyidina Ali

Mei 7, 2020

Lelaki Miskin yang Menolak Kaya di Hadapan Rasulullah...

Mei 3, 2020

Sikap Rasul kepada Badui yang Menentangnya

April 30, 2020

Dialog Al-Ma’mun dan Aristoteles yang Melahirkan Kejayaan Islam

Maret 18, 2020

Para Perempuan Pertama Pendukung Rasulullah Saw.

November 4, 2019

Makkah dan Madinah di Mata Nabi Muhammad Saw....

Oktober 22, 2019

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Tulisan Terbaru

  • Islam Mendukung Perempuan Berkarier di Ruang Publik
  • Imam Ali, Masjid, dan Fragmen Sejarah yang Belum Diketahui
  • Marāh Labīd: Kitab Tafsir dari Arab dengan Cita Rasa Nusantara
  • Dilema Mualaf: Urgensi Madrasah Mualaf di Indonesia
  • Menjadi Feminis Muslim

Tulisan Populer

  • 1

    Al-Fiqh Al-Akbar: Kitab Akidah Karya Imam Abu Hanifah

    April 29, 2020
  • 2

    Perjalanan Menuntut Ilmu Imam Asy-Syadzili: Diusir Guru Tiga Kali Hingga Lahirnya Thariqah Syadziliyah

    September 15, 2019
  • 3

    Faishal al-Tafriqah: Karya Imam al-Ghazali yang Mendedahkan Takfirisme

    Oktober 30, 2019
  • 4

    Imam an-Nasafi, Ulama Besar yang Tak Banyak Dikenal

    Agustus 14, 2019
  • 5

    Sayidina Ali dan Cara(nya) Membela Tuhan

    Juni 28, 2019

Kategori

  • Belajar Islam
  • Buku & Kitab
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
  • Kolom
  • Penerbitan
  • Tokoh Islam

Afkaruna.id didirikan untuk menyediakan bacaan berkualitas yang diulas secara mendalam. Kami fokus mengulas konten akhlak dan kisah Islam, karena wilayah ini merupakan titik temu berbagai pemikiran. Dan kami selalu percaya, akhlak ada di atas ilmu dan melampaui sekat-sekat golongan, mazhab, dan kelas sosial.

  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Email
Footer Logo

Villa Pasirwangi Blok C33, Bandung
@2019 Copyright Afkaruna.id. All Right Reserved. Redaksi.


Back To Top
Afkaruna.id
  • Beranda
  • Belajar Islam
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
    • Hikmatus Salaf
  • Tokoh Islam
    • Tadarus Pemikiran Iqbal
  • Kolom
  • Buku & Kitab
    • Kimiya-yi Saadat
  • Penerbitan
  • Privat
    • Al-Qur’an
    • Bahasa Arab
    • Video Kajian
  • Tentang
    • Kirim Tulisan
    • Kontak
    • Portofolio
    • Redaksi