Dalam sebuah kesempatan, Rasul bersabda, “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” Hadis ini sahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Nabi tidak hanya berbicara, beliau juga memberi teladan bagaimana seharusnya kita menghormati tamu. Simak kisah berikut ini.
Sebagai seorang pemimpin, rumah Nabi tak pernah sepi dari tamu. Suatu hari Jarir bin Abdullah terlambat datang ke rumah Nabi. Para sahabat yang lain sudah terlebih dahulu datang dan duduk berimpitan di rumah Nabi yang sangat sederhana. Jarir, karena keterlambatannya, duduk di teras tanpa alas.
Melihat perbuatan Jarir, Nabi melepaskan surban di pundaknya kemudian menyodorkannya kepada Jarir.
“Hai Jarir, duduklah di atas surbanku,” kata Nabi mempersilakan.
Jarir menerima surban itu, lalu mengusap-usapkan ke wajahnya sambil menangis terharu. Dilipatnya surban tersebut seperti semula dan dikembalikannya kepada Rasulullah.
“Mana mungkin aku duduk di atas pakaianmu, wahai Nabi Allah. Semoga Allah memuliakanmu sebagaimana kau muliakan aku,” kata Jarir terharu.
Setelah memandang para sahabat yang hadir, ke kanan dan ke kiri, Rasul bersabda, “Apabila datang kepada kalian seorang tamu yang mulia, maka muliakanlah dia; dan apabila datang kepada kalian seseorang yang ada hajat atau hak terhadap kalian, maka muliakanlah dia.”
Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallim. Betapa mulia teladan kita. Maka, sudah selayaknya kita mencontoh akhlak Rasul yang mulia ini dengan menghormati tamu dengan penghormatan terbaik. (Irawan Fuadi)
2 comments
Mantab.. Semoga bisa meneladani beliau sallallahu ‘alaihi wasallam. Amin.
Amin ya Rabbal Alamin.
Nantikan tulisan Afkaruna.id berikutnya