Peradaban Islam dibangun oleh laki-laki dan perempuan. Peradaban Islam tidak hanya tumbuh dari peran laki-laki. Ada banyak nama perempuan yang bisa disebut. Sayangnya, sering kali yang dimunculkan hanya pahlawan dan tokoh laki-laki. Padahal, banyak perempuan yang membersamai dan menyokong Nabi Muhammad Saw. selama menjalankan misi kenabiannya.
Sayyidah Khadijah, Ummul Mukminin, adalah orang pertama yang meyakinkan Nabi bahwa sosok yang menemuinya adalah Jibril a.s. Khadijah pula yang berinisiatif menemui Waraqah bin Naufal untuk mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi pada Nabi di Gua Hira. Dan pun Khadijah, orang pertama dengan sukarela dan ikhlas memberikan seluruh hartanya untuk misi dakwah yang tak mudah di tahun-tahun pertama kenabian Muhammad Saw.
Juga Asma binti Abu Bakar yang tak segan berjalan menuju Gua Tsur menemui Nabi Muhammad dan ayahnya—yang tengah diburu Kafir Quraisy—untuk mengirim bekal makanan. Asma binti Abu Bakar—yang dalam keadaan hamiI—memotong selendangnya menjadi dua. Satu ia gunakan untuk sufrah pembungkus (rantang) makanan, dan satu lagi untuk selendangnya di malam hari. Itulah mengapa julukan Dzatin Nithaqain (pemilik dua ikat pinggang) melekat kepadanya.
Sang Syahidah pertama dalam Islam, Sumayyah binti Khayyat, rela menerima siksaan atas keimanannya pada Nabi Muhammad Saw. dan Allah SWT. Yang terucap dari bibirnya hanya, “Ahad… Ahad!” Saat tubunya ditaburi pasir panas dan dadanya ditimpa batu besar.
Nusaibah binti Ka’ab Al-Anshariyah, atau yang biasa dipanggil Ummu Imarah, dengan kegagahan dan keberaniannya melindungi Nabi dari serangan panah para musuh di Perang Uhud. Ia sendiri terluka tapi tak pernah hirau atas sakitnya. Di tengah-tengah serangan senjata lawan yang terus menghujaninya, ia berkata, “Aku telah meninggalkan urusan duniawi.”
Adakah mereka dalam tawasul harianmu?
Peradaban Islam ini dibangun oleh laki-laki dan perempuan!
Editor: Achmad Fathurrohman Rustandi