Judul Buku: Catatan Mbak Admin: Berkeliling Nusantara Bersama Imam Al-Ghazali
Penulis: Ienas Tsuroiya
Penerbit: Afkaruna
Cetakan: Februari 2021
Tebal: 269
ISBN: 978-623-93728-5-9-8
Peresensi: Bintu Assyatthie
Buku perdana yang ditulis oleh Ienas Tsuroiya mengulas tentang perjalanan Kopdar Ngaji Ihya yang gagas pertama kali pada tahun 2017 melalui live steaming di facebook. Banyaknya peminat dari netizen, akhirnya program tersebut digelar dalam acara Kopdar (Kopi Darat) pada berbagai tempat baik dalam lingkup Nusantara maupun luar negeri. Buku model sejarah itu memuat banyak nama lokasi, waktu, nama-nama orang, kiai, pesantren, perguruan tinggi dan beberapa tempat wisata.
Kopdar Ngaji Ihya diampu oleh Ulil Abshar Abdalla (suami dari Ienas Tsuroiya), yang kemudian dikenal dengan sebutan Lurah Pondok. Ia menyajikan materi kitab fenomenal karangan al-Ghazali (Ihya ‘Ulumiddīn) dengan corak pesantren (bandongan). Sedangkan Ienas Tsuroiya dengan tripod andalannya yang dijadikan alat bantu untuk meliput dan merekam, disebut sebagai “Mbak Admin.” Lurah Pondok dan Mbak Admin adalah sepasang suami istri yang memiliki cinta yang luas dalam mengabdikan diri, mengajar kitab Ihya dengan telaten dan istiqamah.
Sebelum dimulai, Lurah Pondok membagikan teks Ihya yang akan dibahas, agar para santrinya tidak hanya menyimak, tetapi juga melihat dan memaknai sebagaimana di pesantren. Dalam prolog buku tersebut, Lurah Pondok menyampaikan kerinduannya akan dunia pesantren. Dengan apresiasi yang kuat dari Mbak Admin, lalu diadakan program ngaji Ihya sebagai penawarnya. Tak disangka, ternyata program yang dikemas sederhana itu mendapat sambutan yang sangat baik dari berbagai kalangan. Tak hanya orang Islam, nonmuslim pun juga ikut mengaji.
Kopdar Ngaji Ihya digelar pertama kali di Jakarta Selatan pada acara halalbihalal di Omah Btari Sri. Kesuksesan acara tersebut, membuat santri online menyatakan keinginannya untuk menggelar acara yang sama di kotanya masing-masing. Bermula dari itulah, kemudian program ngaji Ihya bukan hanya dilakukan secara online, tetapi juga offline dengan mendatangi tempat-tempat tertentu yang sudah direncanakan sebelumnya.
Kopdar Ngaji Ihya yang diselenggarakan di luar kota atau bahkan luar negeri, bukan sebatas ngaji, tetapi Lurah Pondok dan Mbak Admin selalu menyempatkan diri untuk ziarah makam para Wali, mengunjungi beberapa pesantren, tempat-tempat bersejarah dan tempat wisata. Selain itu, hal yang tidak dilewatkan adalah mencicipi aneka kuliner khas tempat tersebut. Sebuah perjalanan spiritual sekaligus sosial yang tentu memberikan pengalaman berharga dan manfaat yang luar biasa untuk para santri setia yang menyimak ngaji Ihya, baik langsung maupun lewat live steaming pada akun facebook Ulil Abshar Abdalla.
Dalam buku tersebut, Mbak Admin menceritakan secara runtut dan detail pada dua puluh satu kota yang didatangi untuk acara Kopdar Ngaji Ihya. Satu di antaranya dilaksanakan di luar negeri, yaitu di Korea Selatan pada bulan Mei 2018. Hal itu menunjukkan suatu ketelatenan dalam merekam jejak mulai dari berangkat sampai pulang kembali. Semuanya diulas dengan rinci, sehingga pembaca ikut menikmati alur perjalanan dengan berbagai kegiatan sesuai jadwal, juga jelajah kuliner yang nyaris membuat pembaca ngiler.
Tak hanya mengulas perjalanan Kopdar Ngaji Ihya, pada bagian dua buku tersebut berisi tentang serba-serbi perjalanan Mbak Admin. Di bagian itu, pembaca diajak mengenal lebih dekat berbagai aktivitas Mbak Admin dan keluarga. Perjalanan mereka bukan hanya sebatas rekreasi dan senang-senang, tetapi yang selalu menjadi prioritas adalah menziarahi makam para Wali, sowan kepada kiai-kiai pesantren serta kiprah sosial yang dikemas dalam acara diskusi maupun mengisi kuliah umum di berbagai perguruan tinggi tanah air. Pada beberapa kota (Lampung, Yogyakarta dan UIN Sunan Ampel Surabaya), dilaksanakan bedah buku Menjadi Manusia Rohani oleh penulisnya sendiri, Ulil Abshar Abdalla.
Lies Marcoes, santri senior ngaji Ihya menulis epilog dalam buku Catatan Mbak Admin. Menurutnya, keberadaan Mbak Admin dalam program ngaji Ihya sangatlah penting. Berapapun besarnya suatu gagasan tidak akan terlaksana tanpa dukungan dan fasilitas dari orang lain. Begitu pula program ini, Mbak Admin memiliki andil yang cukup vital dalam mengatur, melaksanakan dan memainkan perannya di belakang layar untuk merekam dengan sangat baik.
Bagi saya, suatu sikap ulet dan daya ingat yang kuat dari Mbak Admin patut diacungi jempol. Ia benar-benar membuktikan peran signifikan perempuan bagi pasangannya. Kolaborasi suami istri yang mengagumkan dalam berbagi ilmu dan menebar manfaat untuk masyarakat luas, hendaknya perlu untuk dicontoh. Selain itu, bahasa yang digunakan dalam buku tersebut cukup sederhana dan komunikatif, bisa dinikmati oleh siapa saja, baik tua maupun muda.
Akan tetapi, setelah tuntas membaca, pertanyaan yang timbul dibenak saya adalah: dari sekian banyak kitab yang pelajari di pesantren, kenapa kitab Ihya yang dipilih untuk dijadikan bahan kajian secara rutin? Di buku itu, saya tidak mendapatkan jawabannya.
Tulisan ini pernah dimuat di sini dan di JPRM (Jawa Pos Radar Madura) pada tanggal 26 Maret 2021.