• Beranda
  • Belajar Islam
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
    • Hikmatus Salaf
  • Tokoh Islam
    • Tadarus Pemikiran Iqbal
  • Kolom
  • Buku & Kitab
    • Kimiya-yi Saadat
  • Penerbitan
  • Privat
    • Al-Qur’an
    • Bahasa Arab
    • Video Kajian
  • Tentang
    • Kirim Tulisan
    • Kontak
    • Portofolio
    • Redaksi
Afkaruna.id
Beragama dengan Akhlak
Buku & Kitab

Kimiya-yi Sa’adat (9): Kemurnian dan Kesucian Tuhan

oleh Muhammad Ma'mun Mei 27, 2020
ditulis oleh Muhammad Ma'mun Mei 27, 2020 823 views

Setelah manusia mengenal sifat-sifat Allah dari sifatnya sendiri, ia akan mengetahui transendental dan kemahasucian Allah dari kemurnian dan kesucian dirinya sendiri. Yang dimaksud kemurnian dan kesucian sang Khalik ialah Dia sebagai kemurnian dan kesucian mutlak melebihi apa pun yang bisa dipahami dan dibayangkan. Ia benar-benar transenden, dan tidak terikat kepada ruang, meskipun ruang pasti berada dalam kendali-Nya.

Manusia akan merasakan kesejajaran hal ini dalam dirinya. Hakikat dirinya yang kita sebut hati (dil) berada di luar jangkauan apa pun yang muncul dalam pikiran dan bayangan. Kami telah menjelaskan bahwa hati tidak memiliki ukuran atau kuantitas, juga tak bisa dibagi. Karena itu, ia tidak punya warna, apa pun yang tidak punya warna dan ukuran tak mungkin muncul dalam imajinasi, karena apa pun yang muncul dalam imajinasi pasti bisa dilihat oleh mata, atau setidaknya dapat dilihat. Tidak ada apa pun dalam ranah mata dan imajinasi kecuali memiliki bentuk dan warna.

Ketika batin kita bertanya, “Benda itu seperti apa?” Maksud pertanyaan tersebut adalah, “Ia berbentuk apa?” “Adakah ia kecil atau besar?” Tapi untuk sesuatu yang tak dapat menerima deskripsi seperti itu, pertanyaan-pertanyaan seperti ini tak ada gunanya. Bila Engkau penasaran, “Mungkinkah sesuatu yang tak berbentuk disebut ada?” Cobalah perhatikan dirimu sendiri. Bahwa hakikat dirimu, yang menjadi lokus makrifat, tak bisa dibagi dan tak bisa disentuh oleh ukuran, kuantitas, atau kualitas. Bila seseorang bertanya, “Wujud apakah ruh itu?” Jawabannya adalah, “Ia tidak menerima (pertanyaan) tentang hakikat dan kualitasnya.”

Karena Engkau telah mengenal dirimu dari sifat-sifatnya, maka ketahuilah bahwa Allah melampaui sifat-sifat tersebut dalam kemurnian dan kesucian. Orang-orang menganggap aneh bahwa ada Wujud yang gaib dan tak terlukiskan; tapi sebenarnya diri mereka sendiri juga begitu, hanya saja mereka tidak menyadarinya. Bila seseorang menyelidiki tubuhnya sendiri, ia akan menemukan dan melihat ribuan hal, semuanya gaib dan tak terlukiskan. Dalam dirinya, ia melihat amarah, cinta, rasa sakit, dan kesenangan. Bila ia ingin mencari tahu tentang sifat dan kualitasnya, ia tak akan berhasil, karena hal tersebut tidak punya bentuk atau warna, dan tidak ada cara untuk mempertanyakannya.

Seandainya orang mencari tahu hakikat (sifat dan kualitas) suara, bau, dan rasa, ia tak akan berhasil. Alasannya karena bagaimana dan mengapa merupakan pertanyaan imajinasi yang diperoleh dari indera penglihatan yang kemudian mencari jawabannya dalam segala sesuatu yang berada di ranah mata. Mata tak punya peran dalam perkara yang berada di wilayah telinga, seperti suara, dan mustahil baginya untuk bertanya tentang bagaimana dan mengapa di ranah suara. Suara berada di luar jangkauan mata, seperti halnya warna dan bentuk berada di luar jangkauan telinga. Dengan penalaran yang sama, bisa dikatakan bahwa apa pun yang dipersepsikan oleh organ-organ persepsi hati dan dikenal oleh akal berada di luar ranah persepsi indera.

Intinya adalah bahwa orang bisa mengetahui kegaiban dan ketakterlukisan dirinya dari kegaiban dan transendensi Tuhan. Ia juga bisa mengetahui bahwa jiwa (jân) itu ada dan mengendalikan tubuh; setiap anggota badan yang memiliki tujuan dan ciri khas merupakan kerajaannya. Namun, jiwa adalah gaib dan tak terlukiskan, seperti halnya sang Pencipta alam adalah gaib dan transenden. Semua hal yang punya tujuan dan deskripsi, seperti wujud inderawi adalah kerajaan-Nya.

Jenis lain transendental adalah wujud yang tak terikat pada ruang. Ruh tidak terikat pada organ tubuh mana pun. Orang tak bisa mengatakan bahwa ruh ada di tangan, kaki, kepala, atau tempat lain; memang, semua anggota badan bisa dibagi, tapi ruh tidak. Mustahil sesuatu yang tak bisa dibagi akan menetap dalam wujud yang bisa dibagi, karena kalau begitu ia pun bisa dibagi. Walaupun ruh tidak dapat dinisbatkan kepada organ mana pun, tidak ada organ yang bebas dari kendalinya. Malah, semua anggota badan dikendalikan dan tunduk kepadanya. Ia adalah raja bagi semuanya, seperti alam berada dalam kendali Raja Semesta Alam, dan Dia tak mungkin dinisbatkan ke tempat dan arah apa pun.

Penyunting: Achmad Fathurrohman


Selama Ramadhan, Afkaruna.id akan menerbitkan serial Kimiya-yi Sa’adat karya Imam Al-Ghazali, diterjemahkan oleh Muhammad Ma’mun yang tayang tiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.

FilsafatIhya UlumuddinImam Al-GhazaliKimiya As-SaadahKimiya-yi SaadatSufiSufismeTasawuf
0 komentar
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
Muhammad Ma'mun

Pengajar di Pondok Pesantren Al-Falah Jember

sebelumnya
Kimiya-yi Sa’adat (8): Penghubung antara Hati dan Kerajaan Langit
sesudahnya
Pengetahuan dan Ibadah, Mana yang Lebih Penting?

You may also like

Islam Mendukung Perempuan Berkarier di Ruang Publik

Februari 24, 2023

Marāh Labīd: Kitab Tafsir dari Arab dengan Cita...

Juli 17, 2022

Menjadi Feminis Muslim

April 1, 2022

Seperti Memakai Kacamata yang Salah, Membaca Perempuan dalam...

Februari 28, 2022

Perempuan, Fitnah dan Persimpangan Tafsir Agama

Januari 1, 2022

Upaya Membumikan Syair Rumi

Oktober 7, 2021

Mengkaji Ulang Anggapan “Perempuan Sumber Fitnah”

Oktober 1, 2021

Perempuan Bukan Sumber Fitnah, Pentingnya Pahami ‘Mubadalah’

September 17, 2021

Buku Perempuan “Bukan” Sumber Fitnah Diluncurkan

September 2, 2021

Perempuan (Bukan) Sumber Fitnah!: Mengaji Ulang Hadis dengan...

Agustus 1, 2021

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Tulisan Terbaru

  • Angka: Tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja
  • Berebut Wacana Childfree, Childless, dan Childcare
  • Islam Mendukung Perempuan Berkarier di Ruang Publik
  • Imam Ali, Masjid, dan Fragmen Sejarah yang Belum Diketahui
  • Marāh Labīd: Kitab Tafsir dari Arab dengan Cita Rasa Nusantara

Tulisan Populer

  • 1

    Al-Fiqh Al-Akbar: Kitab Akidah Karya Imam Abu Hanifah

    April 29, 2020
  • 2

    Perjalanan Menuntut Ilmu Imam Asy-Syadzili: Diusir Guru Tiga Kali Hingga Lahirnya Thariqah Syadziliyah

    September 15, 2019
  • 3

    Faishal al-Tafriqah: Karya Imam al-Ghazali yang Mendedahkan Takfirisme

    Oktober 30, 2019
  • 4

    Imam an-Nasafi, Ulama Besar yang Tak Banyak Dikenal

    Agustus 14, 2019
  • 5

    Sayidina Ali dan Cara(nya) Membela Tuhan

    Juni 28, 2019

Kategori

  • Belajar Islam
  • Buku & Kitab
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
  • Kolom
  • Penerbitan
  • Tokoh Islam
  • Uncategorized

Afkaruna.id didirikan untuk menyediakan bacaan berkualitas yang diulas secara mendalam. Kami fokus mengulas konten akhlak dan kisah Islam, karena wilayah ini merupakan titik temu berbagai pemikiran. Dan kami selalu percaya, akhlak ada di atas ilmu dan melampaui sekat-sekat golongan, mazhab, dan kelas sosial.

  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Email
Footer Logo

Villa Pasirwangi Blok C33, Bandung
@2019 Copyright Afkaruna.id. All Right Reserved. Redaksi.


Back To Top
Afkaruna.id
  • Beranda
  • Belajar Islam
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
    • Hikmatus Salaf
  • Tokoh Islam
    • Tadarus Pemikiran Iqbal
  • Kolom
  • Buku & Kitab
    • Kimiya-yi Saadat
  • Penerbitan
  • Privat
    • Al-Qur’an
    • Bahasa Arab
    • Video Kajian
  • Tentang
    • Kirim Tulisan
    • Kontak
    • Portofolio
    • Redaksi