• Beranda
  • Belajar Islam
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
    • Hikmatus Salaf
  • Tokoh Islam
    • Tadarus Pemikiran Iqbal
  • Kolom
  • Buku & Kitab
    • Kimiya-yi Saadat
  • Penerbitan
  • Privat
    • Al-Qur’an
    • Bahasa Arab
    • Video Kajian
  • Tentang
    • Kirim Tulisan
    • Kontak
    • Portofolio
    • Redaksi
Afkaruna.id
Beragama dengan Akhlak
Buku & Kitab

Kimiya-yi Sa’adat (5): Akar Kebaikan dan Keburukan dalam Diri Manusia

oleh Muhammad Ma'mun Mei 7, 2020
ditulis oleh Muhammad Ma'mun Mei 7, 2020 867 views

Ada hubungan antara hati di satu sisi dan tentara yang menetap dalam diri seseorang di sisi lain. Masing-masing menimbulkan watak atau karakter tertentu terhadap hati. Beberapa di antaranya buruk dan membuatnya celaka, sementara yang lain baik dan menciptakan kebahagiaan kepadanya.

Walaupun sangat banyak, watak bisa dikelompokkan menjadi empat tipe: (a) binatang ternak, (b) binatang buas, (c) setan, dan (d) malaikat. Karena nafsu badaniah ditempatkan dalam diri seseorang, ia melakukan tindakan-tindakan hewani, seperti makan dan bersenggama dengan berlebihan. Karena amarah ditanamkan dalam dirinya, ia berlaku seperti anjing, serigala, dan singa—menyerang, membunuh, dan melakukan kekerasan fisik dan lisan kepada orang lain. Karena dusta, pengkhianatan, kemunafikan, penipuan, dan kegemaran untuk memanas-manasi publik ditempatkan dalam dirinya, ia melakukan perbuatan-perbuatan setan. Karena akal ditempatkan dalam dirinya, ia melakukan perbuatan malaikat, seperti mencintai pengetahuan dan akhlak, meninggalkan perbuatan-perbuatan tercela, memperjuangkan kebaikan di antara manusia, membuang sikap kikir, bahagia karena mendapat pengetahuan, dan menganggap ketidaktahuan dan kebodohan sebagai kekurangan.

Engkau bisa mengatakan bahwa pada hakikatnya ada empat unsur di dalam diri setiap manusia: seekor anjing, babi, setan, dan malaikat. Anjing dibenci dan tercela bukan karena anggota badan dan kulitnya; akan tetapi karena karakter yang membuatnya menyerang orang-orang. Babi dipandang jijik bukan karena penampilannya; tapi karena nafsu makannya yang berlebihan, kerakusan, dan ketamakannya terhadap barang-barang kotor dan menjijikkan. Pada hakikatnya, yang dimaksud spirit anjing dan babi adalah ini, dan hal tersebut, berlaku untuk manusia. Karakter setan dan malaikat dalam diri manusia pun berlaku dengan cara yang sama.

Manusia diperintahkan untuk mengungkap penipuan dan muslihat setan melalui cahaya akal, salah satu percikan cahaya para malaikat, sehingga setan menjadi terhina dan tak mampu untuk menuai pertengkaran (di antara manusia). Nabi Saw. bersabda, “Setiap manusia memiliki setan dalam dirinya. Bahkan aku pun begitu. Namun Allah membuatku menang dalam menghadapinya dan membuatnya takluk kepadaku. Ia tak bisa memerintahkan keburukan apa pun (kepadaku).”

Manusia juga diajari agar ia mengendalikan babi kerakusan dan anjing amarah ini. Ia harus menempatkan keduanya dalam kendali akal agar mereka tidak bangkit atau duduk kecuali karena perintah akal. Bila ia melakukannya, ia akan meraih akhlak terpuji yang merupakan benih kebahagiaan.

Namun, bila yang ia lakukan sebaliknya, dan ia sibuk untuk melayani keduanya, akhlak yang kotor akan muncul dalam dirinya, yang akan menjadi benih penderitaannya (di akhirat nanti). Bila keadaan hatinya ini diungkapkan kepadanya dalam mimpi atau ketika terjaga, misalnya, ia akan mendapati dirinya sedang melayani seekor babi, anjing, atau setan. Semua orang sudah tahu tentang nasib orang yang menyerahkan sesama Muslim sebagai tawanan bagi orang kafir di akhirat nanti. Sekarang, cobalah pikir, betapa buruknya nasib orang yang menyerahkan malaikat sebagai tawanan anjing, babi, dan setan!

Kebanyakan orang, bila mereka mau jujur dan mau bertafakur, siang dan malam cuma sibuk melayani hasrat dan keinginan ego mereka sendiri. Begitulah kondisi batin mereka, biarpun mereka berbentuk manusia. Di hari kiamat nanti, karakter-karakter tersebut akan tersingkap, dan bentuk manusia akan selaras dengan karakter mereka. Di hari itu, manusia yang didominasi nafsu dan kerakusan akan menjelma dalam bentuk seeokor babi dan manusia yang didominasi oleh amarah akan tampak dalam bentuk serigala. Karena alasan inilah, takwil mimpi seseorang yang merasa melihat seekor serigala berarti ia adalah orang yang bengis. Bila ia bermimpi melihat seekor babi, takwilnya adalah bahwa ia bukan manusia yang bersih. Karena mimpi adalah penanda kematian. Selama manusia berada jauh dari alam fisik karena tidur, bentuk mereka mengikuti karakter, sehingga setiap orang terlihat selaras dengan karakter batinnya. Ini adalah misteri agung yang tak mungkin dijelaskan dalam kesempatan ini.

Penyunting: Achmad Fathurrohman

Ihya UlumuddinImam Al-GhazaliKimiya As-SaadahKimiya-yi SaadatSufiSufismeTasawuf
0 komentar
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
Muhammad Ma'mun

Pengajar di Pondok Pesantren Al-Falah Jember

sebelumnya
Rifa’ah Tahtawi: Sang Pejuang Pendidikan untuk Perempuan
sesudahnya
Kendi dan Tamu Sayyidina Ali

You may also like

Islam Mendukung Perempuan Berkarier di Ruang Publik

Februari 24, 2023

Marāh Labīd: Kitab Tafsir dari Arab dengan Cita...

Juli 17, 2022

Menjadi Feminis Muslim

April 1, 2022

Seperti Memakai Kacamata yang Salah, Membaca Perempuan dalam...

Februari 28, 2022

Perempuan, Fitnah dan Persimpangan Tafsir Agama

Januari 1, 2022

Upaya Membumikan Syair Rumi

Oktober 7, 2021

Mengkaji Ulang Anggapan “Perempuan Sumber Fitnah”

Oktober 1, 2021

Perempuan Bukan Sumber Fitnah, Pentingnya Pahami ‘Mubadalah’

September 17, 2021

Buku Perempuan “Bukan” Sumber Fitnah Diluncurkan

September 2, 2021

Perempuan (Bukan) Sumber Fitnah!: Mengaji Ulang Hadis dengan...

Agustus 1, 2021

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Tulisan Terbaru

  • Islam Mendukung Perempuan Berkarier di Ruang Publik
  • Imam Ali, Masjid, dan Fragmen Sejarah yang Belum Diketahui
  • Marāh Labīd: Kitab Tafsir dari Arab dengan Cita Rasa Nusantara
  • Dilema Mualaf: Urgensi Madrasah Mualaf di Indonesia
  • Menjadi Feminis Muslim

Tulisan Populer

  • 1

    Al-Fiqh Al-Akbar: Kitab Akidah Karya Imam Abu Hanifah

    April 29, 2020
  • 2

    Perjalanan Menuntut Ilmu Imam Asy-Syadzili: Diusir Guru Tiga Kali Hingga Lahirnya Thariqah Syadziliyah

    September 15, 2019
  • 3

    Faishal al-Tafriqah: Karya Imam al-Ghazali yang Mendedahkan Takfirisme

    Oktober 30, 2019
  • 4

    Imam an-Nasafi, Ulama Besar yang Tak Banyak Dikenal

    Agustus 14, 2019
  • 5

    Sayidina Ali dan Cara(nya) Membela Tuhan

    Juni 28, 2019

Kategori

  • Belajar Islam
  • Buku & Kitab
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
  • Kolom
  • Penerbitan
  • Tokoh Islam

Afkaruna.id didirikan untuk menyediakan bacaan berkualitas yang diulas secara mendalam. Kami fokus mengulas konten akhlak dan kisah Islam, karena wilayah ini merupakan titik temu berbagai pemikiran. Dan kami selalu percaya, akhlak ada di atas ilmu dan melampaui sekat-sekat golongan, mazhab, dan kelas sosial.

  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Email
Footer Logo

Villa Pasirwangi Blok C33, Bandung
@2019 Copyright Afkaruna.id. All Right Reserved. Redaksi.


Back To Top
Afkaruna.id
  • Beranda
  • Belajar Islam
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
    • Hikmatus Salaf
  • Tokoh Islam
    • Tadarus Pemikiran Iqbal
  • Kolom
  • Buku & Kitab
    • Kimiya-yi Saadat
  • Penerbitan
  • Privat
    • Al-Qur’an
    • Bahasa Arab
    • Video Kajian
  • Tentang
    • Kirim Tulisan
    • Kontak
    • Portofolio
    • Redaksi