Setelah keberadaan Zat Allah Swt. telah dibuktikan; sifat-sifat dan kemandirian-Nya dari (alam) dan transendensi-Nya dari ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’ telah dibuktikan; dan kebebasan-Nya dari penisbatan kepada tempat dan arah, juga kunci kepada semua pengetahuan tentang hal ini telah diperlihatkan. Satu aspek dari pengetahuan ini masih tersisa, yaitu pengetahuan tentang cara Dia mengatur kerajaan-Nya dan dengan cara apa kuasa-Nya diwujudkan.
Bagaimana menjelaskan hal-hal seperti perintah-Nya kepada para malaikat, pengiriman perintah dari langit ke bumi, pergerakan langit dan bintang-bintang, pengaturan urusan para penghuni bumi oleh langit, dan bagaimana kunci perawatan alam dipercayakan kepada langit?
Ini adalah bab agung dalam pengetahuan tentang sang Khalik. Ia disebut “pengetahuan tentang perbuatan-perbuatan (Tuhan),” Sementara yang sebelumnya disebut “pengetahuan tentang Zat” dan “pengetahuan tentang Sifat.” Kunci untuk soal ini adalah pengetahuan tentang diri. Bila Engkau sendiri tidak mengetahui caramu berkuasa dalam kerajaanmu sendiri, bagaimana Engkau bisa berharap untuk memahami bagaimana sang Penguasa alam mengatur urusan-Nya?
Pertama, kenalilah dirimu dan salah satu perbuatanmu, misalnya menulis. Bila Engkau ingin menulis kalimat bismillah di atas selembar kertas, yang pertama muncul dalam dirimu adalah keinginan dan kehendak untuk menulis. Kemudian gerakan dan tindakan muncul dalam hatimu—bukan hati fisik berbentuk daging yang ada di sisi kiri dadamu. Substansi lemah yang disebut ‘ruh’ oleh dokter ini memiliki kemampuan untuk mencerap (pengetahuan) dan bergerak. Ini adalah ruh yang berbeda dari yang dimiliki oleh binatang dan bisa mengalami kematian. Ruh yang lain ini, yang tak dimiliki oleh binatang, kita sebut ‘hati’ dan ia tidak akan musnah. Ia adalah lokus pengetahuan tentang Tuhan.
Maka, ketika ruh ini mencapai otak dan bentuk basmalah ditemukan dalam gudang penyimpanan di otak bagian depan, yang menjadi lokasi organ imajinasi, hasilnya dipindah dari otak ke saraf yang menyebar dari otak ke segala arah dan terhubung dengan jari-jari seperti benang—mereka kelihatan di lengan orang yang ramping. Jari-jari menggerakkan pena dan pena menggerakkan tinta. Selanjutnya, bentuk basmalah muncul di kertas, persis seperti yang ada dalam bayangan imajinasi, dengan bantuan indra, terutama mata, yang sangat diperlukan untuk menulis. Hasilnya, seperti halnya inisiator semua pekerjaan ini adalah keinginan yang muncul dalam dirimu, asal muasal semua perbuatan (Tuhan) adalah salah satu sifat-Nya, yaitu Kehendak.
Seperti halnya efek pertama kehendak muncul dalam hatimu, lalu dengan perantaranya, efek tersebut mencapai tempat-tempat lain, efek pertama Kehendak Allah muncul di ‘Arsy lalu bergerak ke tempat-tempat lain. Seperti halnya substansi-substansi halus yang menyerupai uap dipindah dari saluran-saluran hati ke otak—substansi yang kita sebut ruh—Tuhan pun memiliki ‘substansi’ yang memindah efek [Kehendak] dari ‘Arsy ke Lauh. Substansi tersebut disebut malaikat, ruh, atau Ruh Suci. Seperti halnya ia bergerak dari hati ke otak dan otak dikendalikan oleh ruh dan berada dalam ranah dan kendalinya, demikian pula efek Kehendak [Tuhan] bergerak dari ‘Arsy Tuhan menuju Lauh, dan Lauh ada di bawah ‘Arsy.
Seperti halnya bentuk bismillah, yang merupakan perbuatan dan karyamu, pada mulanya muncul di gudang penyimpanan otak depan dan perbuatanmu selaras dengannya, semua bentuk yang akan mewujud di alam pada mulanya muncul dalam Lauh yang Terjaga. Dan seperti halnya organ halus yang ada di otak mengaktifkan saraf untuk menggerakkan tangan dan jari-jari sehingga jari-jari membuat pena bergerak, demikian pula ‘substansi halus’ yang mengawal ‘Arsy dan Lauh menjadi penyebab pergerakan langit bersama bintang.
Selama Ramadhan, Afkaruna.id akan menerbitkan serial Kimiya-yi Sa’adat karya Imam Al-Ghazali, diterjemahkan oleh Muhammad Ma’mun yang tayang tiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.
Penyunting: Achmad Fathurrohman