• Beranda
  • Belajar Islam
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
    • Hikmatus Salaf
  • Tokoh Islam
    • Tadarus Pemikiran Iqbal
  • Kolom
  • Buku & Kitab
    • Kimiya-yi Saadat
  • Penerbitan
  • Privat
    • Al-Qur’an
    • Bahasa Arab
    • Video Kajian
  • Tentang
    • Kirim Tulisan
    • Kontak
    • Portofolio
    • Redaksi
Afkaruna.id
Beragama dengan Akhlak
Buku & KitabPenerbitan

Upaya Membumikan Syair Rumi

oleh Diyautoriq Husain Oktober 7, 2021
ditulis oleh Diyautoriq Husain Oktober 7, 2021 399 views

“Ngaji Rumi”, sangat jelas bahwa buku karya Afifah Ahmad ini menjadikan Jalaluddin Rumi sebagai objek bahasannya, mulai dari biografi hingga syair-syairnya. Tentu bukan hal mudah untuk bisa menerjemahkan bahkan menafsirkan syair-syair Rumi dari bahasa aslinya, Persia.

Pasalnya, tantangan terberat dari menerjemahkan karya sastra adalah sering kali sulit menemukan padanan kata yang sesuai dari bahasa aslinya. Terlebih, karya sastra penuh dengan kalimat metafora, yang kandungan maknanya bisa berarti banyak.

Tanpa harus menjadi ahli sastra, siapapun tak bisa menyangkal bahwa Rumi adalah sosok penyair sekaligus sufi legendaris. Meski sudah berlalu 8 abad lebih sejak masa hidupnya, ketenarannya justru makin meluas dan syairnya tak pernah habis untuk dikaji serta dikutip.

Coba saja, ketik nama ‘Rumi’ dalam mesin pencarian internet, maka akan dengan mudah kita temukan biografi dan kumpulan syair milik Rumi. Syair-syair yang indah juga kaya akan kandungan kebijakan.

Kembali ke buku “Ngaji Rumi”: buku ini bagi saya telah membuka perspektif yang segar mengenai kesusastraan sufistik, khususnya tentang Rumi.

Umumnya syair Rumi tampil dengan keindahan bahasa dan dialog yang intim. Tapi, dalam bukunya, Afifah justru mampu menjembatani pembacanya, dengan menarik bahasa Rumi yang melangit ke dalam konteks persoalan kontemporer.

Bahkan, tidak hanya mampu merefleksikan syair-syair Rumi dengan apik, Afifah juga mampu menarasikannya dengan bahasa yang ringan. Dan, ia menjadikan riset sebagai basis tulisannya, dengan kitab “Tafsir Matsnawi Ma’nawi” karya Rumi sebagai rujukan utama.

Dengan begitu, syair Rumi dalam buku tersebut menjadi menemukan titik relevansi dengan problematika kehidupan saat ini serta dapat dinikmati oleh banyak kalangan. Walaupun, sebagian penggemar puisi berpendapat bahwa syair Rumi lebih asyik dibiarkan apa adanya.

Memilih Kata ‘Ngaji‘

Unik memang, Afifah memilih kata ‘ngaji‘ pada judul bukunya, di mana kata tersebut identik dengan kegiatan belajar agama Islam. Mengapa ia lebih memilih kata tersebut, adalah karena proses belajar yang ditempuhnya dalam mempelajari syair-syair Rumi.

Afifah yang sejak 2015 sudah berada di Iran aktif mengikuti kelas-kelas tentang Rumi yang diajarkan melalui metode klasik sorogan ala pesantren, yakni dengan membaca dan mengurai tiap kata dan kalimat pada matan kitab.

Dapat dibayangkan, proses belajar ini tentunya tidaklah singkat. Itulah sebabnya, ‘ngaji‘ di sini ia maknai juga sebagai usaha dalam mengarungi kedalaman serta luasnya samudera syair-syair Rumi.

Enam Bagian dalam “Ngaji Rumi”

Buku “Ngaji Rumi” yang bertebal 223 halaman, terdiri dari enam bagian. Pertama, ulasan gagasan atau pandangan dunia Rumi terhadap konsep cinta dan manusia.

Kedua, bagaimana Rumi memaknai perempuan dan kesetaraan. Ketiga, menyoal etika sosial, toleransi, dan perdamaian, yang dikemas dalam tulisan reflektif atas isu-isu kontemporer.

Keempat, telaah aspek ritual ibadah dalam syair Rumi, seperti bagaimana pandangan Rumi tentang salat, puasa, haji, tawasul, dan yang lainnya. Kelima, adalah bagian mengenalkan kitab-kitab klasik karya Rumi, seperti Tafsir Matsnawi, Ahadits Matsnawi, dan sebagainya.

Dan, yang terakhir, keenam, Buku ini menyuguhkan album syair Rumi dalam bahasa aslinya, Persia, yang juga sudah diterjemahkan sebagai penutup.

Tampak jelas bahwa keenam bagian itu menyusun buku ini tidak hanya sarat dengan intelektual tetapi juga pengetahuan spiritual.

Dan, Afifah ialah tergolong dari sedikit penulis perempuan Indonesia yang tidak hanya gandrung dengan syair-syair Rumi, tetapi juga mampu menuliskan karya Rumi dengan begitu progresif dan menawan.

Tentunya, bermukim di Iran menjadi modal yang memberinya keleluasaan akses terhadap sumber primer dari para sarjana sastra Persia.

Walhasil, tidak berlebihan bila kemudian Etin Anwar, Professor Hobart and William Smith Colleges, New York, USA, mengatakan “Keindahan puisi-puisi karya Rumi di tangan penulis Afifah bukan hanya mudah untuk ditelaah, tetapi juga menantang pembaca untuk bertanya apakah kita telah memahami makna cinta.”

Buku Ngaji Rumi dapat dimaknai sebagai catatan perjalanan panjang Afifah dalam menemukan sisi syair Rumi yang inklusif dan membangun jiwa. Lebih dari itu, buku karya Afifah ini jelas layak diapresiasi karena mampu menuliskan sisi Rumi yang ringan untuk dibaca banyak kalangan.

Tulisan ini pertama kali dimuat di sini.

Afifah AhmadBuku Ngaji RumiBuku RumiBuku Tasawuf Ngaji RumiNgaji Rumi: Kitab Cinta dan Ayat-ayat Sufistik
0 komentar
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
Diyautoriq Husain

Kontributor di Alid.if, Iqra.id dan Barisan.co

sebelumnya
Mengkaji Ulang Anggapan “Perempuan Sumber Fitnah”
sesudahnya
Perempuan, Fitnah dan Persimpangan Tafsir Agama

You may also like

Islam Mendukung Perempuan Berkarier di Ruang Publik

Februari 24, 2023

Marāh Labīd: Kitab Tafsir dari Arab dengan Cita...

Juli 17, 2022

Menjadi Feminis Muslim

April 1, 2022

Seperti Memakai Kacamata yang Salah, Membaca Perempuan dalam...

Februari 28, 2022

Perempuan, Fitnah dan Persimpangan Tafsir Agama

Januari 1, 2022

Mengkaji Ulang Anggapan “Perempuan Sumber Fitnah”

Oktober 1, 2021

Perempuan Bukan Sumber Fitnah, Pentingnya Pahami ‘Mubadalah’

September 17, 2021

Buku Perempuan “Bukan” Sumber Fitnah Diluncurkan

September 2, 2021

Perempuan (Bukan) Sumber Fitnah!: Mengaji Ulang Hadis dengan...

Agustus 1, 2021

Rumi, Persia, dan Tradisi Ngaji

Juli 15, 2021

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Tulisan Terbaru

  • Islam Mendukung Perempuan Berkarier di Ruang Publik
  • Imam Ali, Masjid, dan Fragmen Sejarah yang Belum Diketahui
  • Marāh Labīd: Kitab Tafsir dari Arab dengan Cita Rasa Nusantara
  • Dilema Mualaf: Urgensi Madrasah Mualaf di Indonesia
  • Menjadi Feminis Muslim

Tulisan Populer

  • 1

    Al-Fiqh Al-Akbar: Kitab Akidah Karya Imam Abu Hanifah

    April 29, 2020
  • 2

    Perjalanan Menuntut Ilmu Imam Asy-Syadzili: Diusir Guru Tiga Kali Hingga Lahirnya Thariqah Syadziliyah

    September 15, 2019
  • 3

    Faishal al-Tafriqah: Karya Imam al-Ghazali yang Mendedahkan Takfirisme

    Oktober 30, 2019
  • 4

    Imam an-Nasafi, Ulama Besar yang Tak Banyak Dikenal

    Agustus 14, 2019
  • 5

    Sayidina Ali dan Cara(nya) Membela Tuhan

    Juni 28, 2019

Kategori

  • Belajar Islam
  • Buku & Kitab
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
  • Kolom
  • Penerbitan
  • Tokoh Islam

Afkaruna.id didirikan untuk menyediakan bacaan berkualitas yang diulas secara mendalam. Kami fokus mengulas konten akhlak dan kisah Islam, karena wilayah ini merupakan titik temu berbagai pemikiran. Dan kami selalu percaya, akhlak ada di atas ilmu dan melampaui sekat-sekat golongan, mazhab, dan kelas sosial.

  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Email
Footer Logo

Villa Pasirwangi Blok C33, Bandung
@2019 Copyright Afkaruna.id. All Right Reserved. Redaksi.


Back To Top
Afkaruna.id
  • Beranda
  • Belajar Islam
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
    • Hikmatus Salaf
  • Tokoh Islam
    • Tadarus Pemikiran Iqbal
  • Kolom
  • Buku & Kitab
    • Kimiya-yi Saadat
  • Penerbitan
  • Privat
    • Al-Qur’an
    • Bahasa Arab
    • Video Kajian
  • Tentang
    • Kirim Tulisan
    • Kontak
    • Portofolio
    • Redaksi