Dari penjelasan sebelumnya, Engkau bisa memahami bahwa nafsu badaniah dan amarah diciptakan untuk menjaga dan merawat tubuh. Oleh karena itu, keduanya adalah pelayan bagi tubuh, sementara makanan dan minuman adalah santapan tubuh. Tubuh diciptakan untuk mengelola indra; tubuh adalah pelayan indra. Indra diciptakan untuk menjadi telik sandi yang berkumpul untuk membantu akal, agar berperan sebagai jaringan akal sehingga ia bisa mengenal ciptaan Tuhan.
Dengan demikian, indra adalah pelayan akal, dan akal diciptakan untuk membantu hati, agar menjadi pelita baginya. Dengan cahayanya, hati dapat melihat Hadirat Ilahi, yakni Surga. Jadi, akal adalah pelayan hati, dan hati diciptakan untuk menyaksikan keindahan Hadirat Kuasa Ilahi. Ketika mengambil peran ini, hati menjadi pembantu dan pelayan Hadirat Ilahi. Firman Tuhan mengisyaratkan peran ini:
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar beribadah kepada-Ku.”
Karena alasan inilah hati diciptakan dan diberi kerajaan dan tentaranya. Kendaraan tubuh diberikan kepadanya agar ia mengadakan perjalanan dari alam rendah ke negeri Tertinggi. Bila ia ingin bersyukur atas anugerah ini dan memenuhi kewajibannya untuk menyebah-Nya, ia harus duduk laksana raja di pusat kerajaan dan menjadikan Hadirat Ilahi sebagai arah kiblat dan tujuannya. Ia harus menjadikan dunia sebagai tempat persinggahan dan tubuh sebagai kendaraan. Ia harus menjadikan anggota badan sebagai pelayan dan akal sebagai menteri. Ia harus menjadikan nafsu badaniah sebagai pengawas kekayaan dan amarah sebagai polisi.
Hati menjadikan pancaindra sebagai telik sandi. Masing-masing bertanggung jawab atas ranahnya sendiri untuk mengumpulkan informasi tentang ranah tersebut. Ia menjadikan kuasa imajinasi yang ada di bagian depan otak sebagai penguasa di ranahnya dan para telik sandi akan menyimpan informasi mereka di sana. Ia juga menjadikan kuasa memori yang ada di bagian belakang otak sebagai kantong surat dan gudang penyimpanan. Pada waktunya nanti, setiap informasi akan dipersembahkan kepada menteri akal. Sang menteri, sesuai dengan informasi yang ia terima dari kerajaan, akan mengatur pemerintahan dan perjalanan sang raja. Ia akan mengambil langkah-langkah tegas bila ia mendapati salah seorang tentara, seperti nafsu badaniah, amarah, dan yang lain, memberontak melawan raja dan melakukan pembangkangan dengan tujuan untuk menyerangnya.
Bagaimanapun, sang menteri tidak berusaha membunuh pemberontak ini, karena kerajaan tidak akan bisa diperintah tanpanya. Alih-alih, ia mengatur agar pemberontak tersebut dikembalikan dalam batas-batas kepatuhan. Dengan cara ini, sang pemberontak menjadi pembantu, bukan musuh, dalam perjalanan yang menunggu di masa depan. Ia menjadi kawan, bukan pencuri atau perampok. Bila sang pemberontak melakukan ini semua, ia akan bahagia dan bersyukur. Ia akan menerima jubah kehormatan pada waktunya. Akan tetapi, bila ia membangkang dan bangkit mendukung para perampok dan musuh yang melawan, ia berarti kafir dan zalim, dan akan menerima celaan dan hukuman (di akhirat nanti).
Penyunting: Achmad Fathurrohman