Kimiya-yi Sa’adat (7): Keajaiban-keajaiban dalam Semesta Hati

oleh Muhammad Ma'mun
987 views

Keajaiban dalam semesta hati tidak ada ujungnya. Kemuliaannya terletak dalam kenyataan bahwa ia lebih menakjubkan dari yang lain, tetapi kebanyakan orang tidak memperhatikannya. Kemuliaannya ada dalam dua tingkatan: pertama karena pengetahuan; kedua karena kuasa. Kemuliaan karena pengetahuan memiliki dua tingkatan: pertama bisa dipahami oleh kebanyakan orang, dan kedua tidak begitu kelihatan dan tidak diketahui oleh setiap orang. Yang terakhir ini lebih langka.

Adapun yang tampak, yaitu hati memiliki kemampuan untuk mempelajari semua disiplin ilmu dan keterampilan, mengetahui segala macam seni, membaca dan mengkaji semua yang ada dalam buku, seperti geometri, matematika, kedokteran, astrologi, dan ilmu-ilmu agama. Walaupun hati satu dan tak mungkin dibelah lagi, ia bisa menyerap semua disiplin ilmu tersebut. Malah, seluruh dunia laksana atom di dalam dirinya. Dalam sekejap mata, ia dapat membubung tinggi dari lembah bumi ke puncak pemikiran dan gerakan, atau dari timur ke barat. Walaupun ia tetap terikat pada bumi, hati dapat menghitung semua isi langit dan mempelajari jarak setiap bintang dan menuturkan jaraknya dalam hitungan yar! Ia bisa membuat ikan naik dari dasar samudera dan membuat burung turun dari udara ke tanah. Ia bisa mengendalikan binatang-binatang besar seperti gajah, unta, dan kuda, untuk melayaninya. Semua keajaiban dan keterampilan dalam alam inderawi adalah karena panggilannya, dan semua pengetahuan ini diraih melalui panca indera, karena mereka bersifat eksternal dan mengetahui cara menghubunginya.

Yang lebih ajaib dari semua ini adalah ada jendela dalam hati yang terbuka ke kerajaan langit, seperti halnya terdapat lima gerbang di luar hati yang terbuka ke alam fenomenal, yang dikenal sebagai alam fisik, seperti halnya alam langit disebut alam spiritual. Kebanyakan orang mengenal alam fisik dan inderawi: ini adalah ranah yang terbatas dan rendah. Mereka mempelajarinya melalui panca indera mereka, dan pengetahuan ini terbatas sifatnya.

Bukti bahwa terdapat ceruk lain di dalam hati ada dua: Pertama adalah mimpi. Ketika saluran-saluran ke alam inderawi ditutup, pintu batin akan terbuka. Dari alam atas dan Lauh al-Mahfûzh, pengetahuan gaib akan menampakkan dirinya sehingga peristiwa yang akan terjadi di masa depan terungkap dan bisa dilihat: mungkin secara gamblang, persis seperti yang akan terjadi atau secara metaforis, sehingga ia membutuhkan takbir (ta’bir). Perihal objek-objek eksternal, orang-orang berpikir bahwa mereka yang terbangun akan didahulukan; namun mereka menyadari bahwa mereka tidak melihat yang gaib saat terbangun. Alih-alih, mereka melihatnya ketika tidur, dan tidak dengan indera [fisik].

Pembicaraan tentang hakikat mimpi tak mungkin dilakukan dalam tulisan ini. Namun, ini saja sudah cukup: Bahwa hati itu laksana cermin, dan Lauh al-Mahfûzh laksana cermin yang berisi citra segala maujud. Seperti halnya pantulan dalam suatu cermin akan terpantul dalam cermin lain yang ditempatkan di hadapannya, demikian pula citra-citra dalam Lauh al-Mahfûzh akan kelihatan di dalam hati—manakala ia bersih dan bebas dari persepsi inderawi, dan ia terhubung dengan Lauh al-Mahfûzh. Selama hati sibuk dengan persepsi inderawi, ia akan terputus dari hubungannya dengan alam atas. Namun, ketika tidur, ia tak lagi dibebani oleh persepsi inderawi; akibatnya, apa pun yang ada dalam jangkauan cakrawala berpikir alamiahnya akan muncul.

Di sini, meskipun indera tidak aktif karena tidur, imajinasi menggantikannya. Karena alasan inilah bahwa apa yang dilihat orang dalam mimpinya diselubungi oleh selimut simbol-simbol imajinasi, ia tidak sepenuhnya jelas dan terungkap. Ia tidak terlepas dari tabir dan penghalang. Akan tetapi, ketika orang meninggal dunia, baik imajinasi maupun indera akan musnah. Dan akan dikatakan kepadanya:

لَّقَدۡ كُنتَ فِي غَفۡلَةٖ مِّنۡ هَٰذَا فَكَشَفۡنَا عَنكَ غِطَآءَكَ فَبَصَرُكَ ٱلۡيَوۡمَ حَدِيدٞ 

“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” (QS. Qaf [50]: 22).

Ia akan menjawab:

رَبَّنَآ أَبۡصَرۡنَا وَسَمِعۡنَا فَٱرۡجِعۡنَا نَعۡمَلۡ صَٰلِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ 

“Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.” (QS. As-Sajdah [32]: 12).

Kedua adalah bahwa siapa pun yang memiliki pikiran kuat dan kecerdasan pasti mendengar suara batin dalam hatinya. Suara tersebut tidak datang dari persepsi inderawi; alih-alih, ia muncul di dalam hati dan tidak diketahui dari mana asalnya.

Dari semua ini, orang bisa mengetahui bahwa tidak semua pengetahuan berasal dari indera; dan ia mengerti bahwa hati tidak berasal dari alam ini, tetapi dari alam atas. Panca indera yang diciptakan untuk salah satu alam pasti menjadi tabir antara seseorang dengan alam atas. Kecuali ia melepasnya, ia tidak akan menemukan jalan menuju alam tersebut.

Penyunting: Achmad Fathurrohman


Selama Ramadhan, Afkaruna.id akan menerbitkan serial Kimiya-yi Sa’adat karya Imam Al-Ghazali, diterjemahkan oleh Muhammad Ma’mun yang tayang tiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.

Muhammad Ma'mun

Muhammad Ma'mun

Pengajar di Pondok Pesantren Al-Falah Jember

You may also like

Leave a Comment