• Beranda
  • Belajar Islam
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
    • Hikmatus Salaf
  • Tokoh Islam
    • Tadarus Pemikiran Iqbal
  • Kolom
  • Buku & Kitab
    • Kimiya-yi Saadat
  • Penerbitan
  • Privat
    • Al-Qur’an
    • Bahasa Arab
    • Video Kajian
  • Tentang
    • Kirim Tulisan
    • Kontak
    • Portofolio
    • Redaksi
Afkaruna.id
Beragama dengan Akhlak
Tokoh Islam

Amin al-Khuli dan Aspek Sastrawi Al-Quran

oleh Rahmatullah Al-Barawi Mei 12, 2020
ditulis oleh Rahmatullah Al-Barawi Mei 12, 2020 1.513 views

“Al-Quran adalah (kitab) sastra Arab terbesar (al-Arabiyah al-Akbar)”, begitu ungkapan Amin al-Khuli, seorang guru besar studi Al-Quran dan Arab di Universitas Kairo. Ungkapan tersebut tentu tidak asing bagi pengkaji Al-Quran.

Amin Ibn Ibrahim Abdul Baqi’ Ibn Amir Ibn Ismail Ibn Yusuf al-Khuli, atau yang lebih dikenal dengan Amin al-Khuli, lahir dan besar di Kairo dalam keluarga yang taat beragama dan kental nilai-nilai ke-Arab-an. Bahkan, kakek beliau dari garis ibu, yaitu Syekh Ali Amir al-Khuli, merupakan alumnus al-Azhar dengan spesialisasi qira’at.

Sejak kecil Amin al-Khuli telah dikenalkan dengan nilai-nilai agama, mengaji dan menghafal Al-Quran, membaca kitab-kitab dalam berbagai disiplin ilmu, sehingga keilmuannya cepat berkembang. Ia sempat belajar ilmu umum dan menghabiskan waktunya dalam dunia hukum. Sempat pula terjun dalam aktifitas politik selama Revolusi Mesir.

Amin al-Khuli kemudian menghabiskan sisa umurnya untuk mengajar dan mengabdi di almamaternya, Universitas Kairo. Pada saat itulah ia mulai mencurahkan perhatian pada ilmu Al-Quran dan sastra Arab hingga memperoleh gelar guru besar, dan menawarkan konsep baru dalam memahami Al-Quran sebagai karya sastra Arab terbesar.

Mengapa Amin al-Khuli menawarkan konsep pemahaman Al-Quran sebagai karya sastra Arab terbesar? Al-Quran berbahasa Arab, dan untuk memahami Al-Quran membutuhkan penguasaan dan pemahaman bahasa Arab. Tetapi, lebih dari hal tersebut, Amin al-Khuli mencoba memahami Al-Quran tidak hanya berangkat dari pemahaman teologis tertentu, tetapi meyakini bahwa Al-Quran mengandung keagungan sastra Arab yang tinggi. Hal itulah yang mendasari Amin al-Khuli menawarkan gagasan Al-Quran sebagai karya sastra Arab terbesar.

Amin al-Khuli berpendapat bahwa selama ini kitab tafsir berangkat dari asumsi pemahaman keagamaan tertentu atau keahlian akademik tertentu, sehingga tafsir menjadi parsial dan atomistik. Misalnya, seorang ahli fikih akan memahami Al-Quran hanya berdasarkan perspektif hukum semata. Di sisi lain, seorang teolog akan memahami Al-Quran berdasarkan mazhab teologis yang dianutnya.

Oleh karena itu, Amin al-Khuli menawarkan konsep dalam memahami Al-Quran harus berangkat dari keyakinan bahwa Al-Quran merupakan kitab sastra Arab terbesar. Dalam kitabnya, Manahij Tajdid, Al-Khuli menghadirkan beberapa gagasan metodologis dalam memahami Al-Quran.

 Pertama, seorang pembaca Al-Quran seharusnya berusaha memahami Al-Quran secara obyektif dimulai dari mengumpulkan semua surah atau ayat mengenai tema yang ingin dikaji. Gagasan ini menjadi cikal bakal metode penafsiran baru, yaitu tafsir maudhu’i (tematik). Melalui poin pertama ini, Al-Khuli mengkritik para penafsir yang hanya memahami satu ayat tanpa melihat konteks dan hubungannya dengan ayat-ayat lainnya.

Kedua, untuk memahami satu gagasan tertentu yang terkandung dalam Al-Quran, maka ayat-ayat yang berbicara tentang hal tersebut harus disusun menurut urutan kronologis pewahyuan (tartib nuzuli), bukan urutan dalam mushaf yang ada saat ini (tartib mushafi). Dalam hal ini, Al-Khuli mengajak pembaca Al-Quran untuk menyelami kesejarahan Al-Quran.

Ketiga, karena Al-Quran berbahasa Arab, maka tidak ada jalan lain kecuali harus mencari makna dasar linguistik dari kata tersebut dan bagaimana penggunaannya saat ayat tersebut turun. Sebab, boleh jadi kata yang sama, memiliki makna yang berbeda antara masa dulu dan masa kini. Contoh sederhananya adalah kata al-sayyarah yang dalam bahasa Arab modern diartikan mobil. Lantas, apakah kata tersebut yang muncul dalam Al-Quran juga hendak dipahami dengan makna mobil?

Berdasarkan penjelasan tersebut, setidaknya ada dua kata kunci yang dikenalkan oleh Amin Al-Khuli, yaitu studi eksternal Al-Quran (Dirasah ma haul Al-Quran) dan studi internal Al-Quran (Dirasah fi Al-Quran).

Patut diakui, apa yang ditawarkan oleh Amin al-Khuli merupakan sebuah terobosan baru dari apa yang telah dikembangkan oleh ulama terdahulu. Jika menelisik karya generasi salaf, studi eksternal dan internal Al-Quran tersebut telah dibahas, hanya saja dalam intensitas yang terbatas dan terpisah-pisah.

Ada kitab tafsir yang konsen dengan studi historisitas ayat yang banyak mengutip riwayat-riwayat asbab al-nuzul. Ini merupakan spirit dari studi eksternal Al-Quran. Ada juga yang menitikberatkan pada aspek gramatikal kebahasaan. Ini merupakan salah satu bagian dari studi internal Al-Quran.

Oleh karena itu, setidaknya ada dua terobosan utama yang digagas oleh Amin al-Khuli.  Pertama, ia mencoba mengubah asumsi dasar penafsir dari landasan teologis kitab suci menuju landasan karya sastra agung. Dalam hal ini, Al-Khuli mencoba menawarkan pembacaan Al-Quran yang obyektif. Kedua, ia menghimpun aspek-aspek yang ‘berserakan’ dalam tafsir-tafsir terdahulu serta merekonstruksi kembali sehingga menghasilkan pemahaman studi eksternal dan internal Al-Quran.

Lebih dari itu, pemahaman terhadap Al-Quran sebagai al-Arabiyah al-Akbar atau kitab sastra Arab terbesar patut diapresiasi dan dikembangkan. Sebab, konteks historis turunnya Al-Quran di tengah masyarakat yang memiliki keahlian bahasa dan sastra. Bahkan pada saat itu banyak perlombaan membuat syair, puisi, khutbah, dll. Tetapi, semuanya tidak berkutik melawan kekuatan sastra Al-Quran.

Apresiasi dan pengembangan tersebut dapat memberikan warna baru dalam penafsiran Al-Quran. Terbukti dalam karya tafsir bayani yang diteruskan oleh murid sekaligus istri beliau, Bint al-Syathi’ banyak memberikan penawaran-penawaran baru dalam memahami Al-Quran. Hanya saja karya tersebut memang belum maksimal. Sebab, baru mengkaji surah-surah pendek dalam juz 30.

Selain Bint al-Syathi’, Al-Khuli juga berhasil melahirkan cendekiawan Muslim kontemporer yang ‘cukup kontroversial’ di Mesir, seperti Nashr Hamid Abu Zayd dan Muhammad Khalafullah. Karenanya, gagasan Al-Khuli penting untuk diteruskan, dikembangkan dan dikritisi. Alhasil, wacana Al-Quran tak akan lekang oleh waktu. Wallahu A’lam bish Showwab.

Editor: Nur Hayati Aida

Amin Al-KhuliTafsir Sastrawi
0 komentar
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
Rahmatullah Al-Barawi

Co-Founder Quranic Peace Study Club

sebelumnya
Kimiya-yi Sa’adat (6): Menjaga Gerak dan Diam Manusia
sesudahnya
Kimiya-yi Sa’adat (7): Keajaiban-keajaiban dalam Semesta Hati

You may also like

Imam Ali, Masjid, dan Fragmen Sejarah yang Belum...

Februari 17, 2023

Imam Abu Haris Al-Muhasibi: Founder Ilmu Tasawuf

Juli 15, 2021

Tadarus Pemikiran Iqbal (4): Manusia Sempurna dan Dunia...

Juni 26, 2020

Tadarus Pemikiran Iqbal (3): Ada Iqbal di Kepala...

Mei 16, 2020

Tadarus Pemikiran Iqbal (2): Pesan untuk Bangsa Timur

Mei 9, 2020

Rifa’ah Tahtawi: Sang Pejuang Pendidikan untuk Perempuan

Mei 5, 2020

Tadarus Pemikiran Iqbal (1): Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam...

Mei 2, 2020

Abu Hayyan At-Tauhidi: Peletak Dasar Konsep Jiwa Imam...

Januari 15, 2020

Dari Nushrat al-Amin sampai Bint Syathi’: Inilah Para...

Oktober 16, 2019

Imam an-Nasafi, Ulama Besar yang Tak Banyak Dikenal

Agustus 14, 2019

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Tulisan Terbaru

  • Islam Mendukung Perempuan Berkarier di Ruang Publik
  • Imam Ali, Masjid, dan Fragmen Sejarah yang Belum Diketahui
  • Marāh Labīd: Kitab Tafsir dari Arab dengan Cita Rasa Nusantara
  • Dilema Mualaf: Urgensi Madrasah Mualaf di Indonesia
  • Menjadi Feminis Muslim

Tulisan Populer

  • 1

    Al-Fiqh Al-Akbar: Kitab Akidah Karya Imam Abu Hanifah

    April 29, 2020
  • 2

    Perjalanan Menuntut Ilmu Imam Asy-Syadzili: Diusir Guru Tiga Kali Hingga Lahirnya Thariqah Syadziliyah

    September 15, 2019
  • 3

    Faishal al-Tafriqah: Karya Imam al-Ghazali yang Mendedahkan Takfirisme

    Oktober 30, 2019
  • 4

    Imam an-Nasafi, Ulama Besar yang Tak Banyak Dikenal

    Agustus 14, 2019
  • 5

    Sayidina Ali dan Cara(nya) Membela Tuhan

    Juni 28, 2019

Kategori

  • Belajar Islam
  • Buku & Kitab
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
  • Kolom
  • Penerbitan
  • Tokoh Islam

Afkaruna.id didirikan untuk menyediakan bacaan berkualitas yang diulas secara mendalam. Kami fokus mengulas konten akhlak dan kisah Islam, karena wilayah ini merupakan titik temu berbagai pemikiran. Dan kami selalu percaya, akhlak ada di atas ilmu dan melampaui sekat-sekat golongan, mazhab, dan kelas sosial.

  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Email
Footer Logo

Villa Pasirwangi Blok C33, Bandung
@2019 Copyright Afkaruna.id. All Right Reserved. Redaksi.


Back To Top
Afkaruna.id
  • Beranda
  • Belajar Islam
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
    • Hikmatus Salaf
  • Tokoh Islam
    • Tadarus Pemikiran Iqbal
  • Kolom
  • Buku & Kitab
    • Kimiya-yi Saadat
  • Penerbitan
  • Privat
    • Al-Qur’an
    • Bahasa Arab
    • Video Kajian
  • Tentang
    • Kirim Tulisan
    • Kontak
    • Portofolio
    • Redaksi