• Beranda
  • Belajar Islam
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
    • Hikmatus Salaf
  • Tokoh Islam
    • Tadarus Pemikiran Iqbal
  • Kolom
  • Buku & Kitab
    • Kimiya-yi Saadat
  • Penerbitan
  • Privat
    • Al-Qur’an
    • Bahasa Arab
    • Video Kajian
  • Tentang
    • Kirim Tulisan
    • Kontak
    • Portofolio
    • Redaksi
Afkaruna.id
Beragama dengan Akhlak
Tokoh Islam

Imam Abu Haris Al-Muhasibi: Founder Ilmu Tasawuf

oleh Achmad Fathurrohman Juli 15, 2021
ditulis oleh Achmad Fathurrohman Juli 15, 2021 1.643 views

Pada abad pertama dan kedua hijriah, kristalisasi umat Islam telah terjadi. Sentralitas fikih begitu kuat, hampir semua ilmu disangkutkan dengan ilmu fikih bahkan mayoritas umat meyakini fikih sebagai induk dari segala ilmu. Hadis, kalam, tafsir, dan ilmu lainnya dianggap sekadar follower fikih.Imam Abu Haris Al-Muhasibi lahir di Bashrah pada 165 H / 781 M. Ayahnya seorang saudagar kaya sekaligus tokoh intelektual dan pendakwah Muktazilah yang sangat gigih. Al-Muhasibi hijrah ke Baghdad, saat masih kecil. Karena hobi Al-Muhasibi melakukan muhasabah atau introspeksi diri akhirnya ia diberi julukan Al-Muhasibi.

Imam Al-Muhasibi tumbuh pada rezim Khalifah Abbasiyah yang menjadi kekuatan baru yang sangat disegani dunia. Khalifah yang berkuasa saat itu sangat mencintai ilmu pengetahuan, ini menjadi salah satu sebab mengapa ilmu pengetahuan berkembang begitu pesat pada masa Dinasti Abbasiyah. Pada era ini lahir para imam mazhab seperti Imam Abu Hanifah (w. 767 M), Imam Malik bin Anas (w. 795 M), Imam Ja’far Shodiq (w. 765 M), Imam Sufyan At-Tsauri (w. 780 M), Imam Syafi’i (w. 820 M), dan Imam Ahmad bin Hanbal (w. 853 M).  Hadirnya para imam fikih di blantika intelektualitas saat itu membuka pintu bagi lahirnya ilmu-ilmu lain dan salah satunya adalah tasawuf.

Muhyiddin Ibn Arabi sebagaimana dikutip Samsudin az-Zahabi dalam Tarikh Islam menyebut  Al-Muhasibi sebagai ahli fikih, menghafal hadits, hingga mencapai derajat orang pintar. Orang pintar dalam konteks ini adalah orang yang pintar dalam bidang ilmu kalam dan filsafat juga ilmu-ilmu lainnya. Al-Muhasibi dianggap sebagai tokoh pertama yang membidani lahirnya tasawuf sebagai ilmu.

Imam Al-Muhasibi menulis kitab Fahm Al-Qur’an wa Ma’anih sebuah kitab yang mengajak pembacanya tidak hanya sekadar membaca Al-Qur’an tetapi juga memahami isi Al-Qur’an. Al-Muhasibi mengajak pembaca tidak hanya membaca menggunakan lisan tetapi juga membaca menggunakan hati dan pikiran.  Ia banyak berbicara tentang pemahaman tentang agama. Ia senang dengan ilmu rasional yang mengedepankan akal daripada naql (teks atau wahyu).

Gagasan tasawuf Imam Al-Muhasibi dituangkan dalam beberapa karyanya seperti Risālah Al-Mustarsyidin, Al-Washoya, Al-Ri’ayah li Huquqillah, dan Mahiyat al-‘Aql. Imam Al-Muhasibi terkesan ingin mengurangi dimensi rasional dalam ilmu kalam dan filsafat dan ingin menggantinya dengan memasukkan nuansa spiritualitas ke dalam kedua ilmu tersebut.

Salah satu keistimewaan Imam Al-Muhasibi adalah bisa me-rebranding gagasan ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf dengan simbol fikih. Ia dengan piawai menggunakan istilah hukum fikih untuk menjelaskan persoalan teologis, filosofis, dan spiritualitas. Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali mengakui bahwa Al-Muhasibi adalah guru terbaiknya sebagaimana dikutip Abdul Kadir Riyadi dalam Arkeologi Tasawuf.

Langkah berani Al-Muhasibi yang memiliki paradigma rasional membuat dia melihat fikih sebagai ilmu yang rasional, ia berusaha melahirkan ilmu baru yang dapat menjawab tantangan zaman. Gerakan menafsirkan ulang fikih dengan memperkenalkan paradigma keislaman yang bernuansa rasional dan sufistik. Langkah ini ditentang oleh para fukaha, khususnya Imam Ahmad bin hanbal yang hidup satu zaman karena dianggap penyelewengan terhadap akidah dan nilai-nilai keberagamaan. Menurut Imam Ahmad bin Hanbal gagasan Al-Muhasibi dianggap sebagai bid’ah yang menyesatkan. Upaya melahirkan ilmu baru ini yang kita kenal sekarang menjadi ilmu tasawuf.

Imam Khotib Al-Baghdadi merekam tentang bagaimana Imam Ahmad bin Hanbal pernah mengatakan, “Jangan sekali-kali kalian membaca kitab karya Al-Muhasibi karena kitab-kitab itu adalah bid’ah dan menyesatkan, sibukkan diri kalian dengan ilmu atsar (periwayatan Hadis) karena di dalam ilmu ini kalian akan menemukan apa yang kalian cari.” Perbedaan pandangan seperti ini biasa terjadi. Namun, sejarah membuktikan keilmuan dan kepakaran Imam al-Muhasibi telah mewarnai sejarah peradaban Islam. Terkadang hal baru sering mendapat penentangan dari masyarakat sekitar karena ketidaktahuannya.

Kemunculan Tasawuf

Tidak ada otoritas mutlak yang dapat mendefinisikan tasawuf, karena tasawuf bersifat personal dan subjektif. Tasawuf sering kali tidak dapat dipahami oleh orang lain bahkan oleh diri sendiri. Berbeda dengan ilmu fikih, hadis, dan tafsir yang berbasis teks, ukurannya jelas, seberapa dalam pemahaman seseorang atas teks yang akan menentukan ia bisa disebut fakih, muhaddits, atau mufassir. Berbeda dengan tasawuf yang ukurannya sangat personal, tidak bisa diukur dengan standar ilmu fikih dan tafsir.

Banyak ulama meyakini peletak tasawuf sebagai ilmu adalah seorang tabiin bernama Imam Hasan Al-Basri. Klaim ini cukup berdasar karena banyak catatan sejarah yang mencatat kejuhudan Hasan Al-Basri. Namun, Abu al-Haris al-Muhasibi diyakini sebagian ulama sebagai peletak tasawuf sebagai ilmu, ia yang telah mengkodifikasi tasawuf menjadi ilmu yang mapan. Walau klaim ini diperdebatkan, kalau kita membaca kitab Risalah al-Mustarsyidin kepiawayan beliau dalam merumuskan ilmu tasawuf tidak diragukan lagi. Kehebatannya mempopulerkan ilmu ini dalam panggung intelektual akademik saat itu sangat mengagumkan.

Pandangan nyentrik Imam al-Muhasibi dalam membahas moral juga menarik perhatian banyak sarjana saat itu, termasuk Imam Ahmad bin Hanbal. Al-Muhasibi berusaha mereformasi konsep kezuhudan menjadi sebuah sistem pengetahuan yang utuh dan sistematis. Ia meninggal di Baghdad pada 234 H / 857 M.

Imam Abu Haris al-MuhasibiTasawufTokoh Islam
0 komentar
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
Achmad Fathurrohman

Pemimpin Redaksi Afkaruna.id

sebelumnya
Memandang Perempuan sebagai Manusia Seutuhnya
sesudahnya
Rumi, Persia, dan Tradisi Ngaji

You may also like

Imam Ali, Masjid, dan Fragmen Sejarah yang Belum...

Februari 17, 2023

Tadarus Pemikiran Iqbal (4): Manusia Sempurna dan Dunia...

Juni 26, 2020

Tadarus Pemikiran Iqbal (3): Ada Iqbal di Kepala...

Mei 16, 2020

Amin al-Khuli dan Aspek Sastrawi Al-Quran

Mei 12, 2020

Tadarus Pemikiran Iqbal (2): Pesan untuk Bangsa Timur

Mei 9, 2020

Rifa’ah Tahtawi: Sang Pejuang Pendidikan untuk Perempuan

Mei 5, 2020

Tadarus Pemikiran Iqbal (1): Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam...

Mei 2, 2020

Abu Hayyan At-Tauhidi: Peletak Dasar Konsep Jiwa Imam...

Januari 15, 2020

Dari Nushrat al-Amin sampai Bint Syathi’: Inilah Para...

Oktober 16, 2019

Imam an-Nasafi, Ulama Besar yang Tak Banyak Dikenal

Agustus 14, 2019

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Tulisan Terbaru

  • Islam Mendukung Perempuan Berkarier di Ruang Publik
  • Imam Ali, Masjid, dan Fragmen Sejarah yang Belum Diketahui
  • Marāh Labīd: Kitab Tafsir dari Arab dengan Cita Rasa Nusantara
  • Dilema Mualaf: Urgensi Madrasah Mualaf di Indonesia
  • Menjadi Feminis Muslim

Tulisan Populer

  • 1

    Al-Fiqh Al-Akbar: Kitab Akidah Karya Imam Abu Hanifah

    April 29, 2020
  • 2

    Perjalanan Menuntut Ilmu Imam Asy-Syadzili: Diusir Guru Tiga Kali Hingga Lahirnya Thariqah Syadziliyah

    September 15, 2019
  • 3

    Faishal al-Tafriqah: Karya Imam al-Ghazali yang Mendedahkan Takfirisme

    Oktober 30, 2019
  • 4

    Imam an-Nasafi, Ulama Besar yang Tak Banyak Dikenal

    Agustus 14, 2019
  • 5

    Sayidina Ali dan Cara(nya) Membela Tuhan

    Juni 28, 2019

Kategori

  • Belajar Islam
  • Buku & Kitab
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
  • Kolom
  • Penerbitan
  • Tokoh Islam

Afkaruna.id didirikan untuk menyediakan bacaan berkualitas yang diulas secara mendalam. Kami fokus mengulas konten akhlak dan kisah Islam, karena wilayah ini merupakan titik temu berbagai pemikiran. Dan kami selalu percaya, akhlak ada di atas ilmu dan melampaui sekat-sekat golongan, mazhab, dan kelas sosial.

  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Email
Footer Logo

Villa Pasirwangi Blok C33, Bandung
@2019 Copyright Afkaruna.id. All Right Reserved. Redaksi.


Back To Top
Afkaruna.id
  • Beranda
  • Belajar Islam
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
    • Hikmatus Salaf
  • Tokoh Islam
    • Tadarus Pemikiran Iqbal
  • Kolom
  • Buku & Kitab
    • Kimiya-yi Saadat
  • Penerbitan
  • Privat
    • Al-Qur’an
    • Bahasa Arab
    • Video Kajian
  • Tentang
    • Kirim Tulisan
    • Kontak
    • Portofolio
    • Redaksi