• Beranda
  • Belajar Islam
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
    • Hikmatus Salaf
  • Tokoh Islam
    • Tadarus Pemikiran Iqbal
  • Kolom
  • Buku & Kitab
    • Kimiya-yi Saadat
  • Penerbitan
  • Privat
    • Al-Qur’an
    • Bahasa Arab
    • Video Kajian
  • Tentang
    • Kirim Tulisan
    • Kontak
    • Portofolio
    • Redaksi
Afkaruna.id
Beragama dengan Akhlak
Kisah Islam

Ibn Thufail, Ibn Rusyd, dan Ibn Arabi: Perjumpaan Tiga Ulama Besar Abad 12 M

oleh Achmad Fathurrohman September 25, 2019
ditulis oleh Achmad Fathurrohman September 25, 2019 2.337 views
Sumber Gambar: msf.online.com

Islam Eropa pernah melahirkan tiga raksasa yang hidup pada satu masa; Ibn Thufail, Ibn Rusyd, dan Ibn Arabi. Ketiganya ulama yang memberikan kontribusi sangat besar bagi peradaban Islam. Dua dari tiga nama tersebut dikenal kontroversial, mungkin hanya Ibn Thufail saja yang “aman” dari kontroversi. Mereka saling memengaruhi, karena pemikiran tidaklah lahir dari ruang hampa. Hay ibn Yaqzhan adalah salah satu karya Ibn Thufail yang bisa kita nikmati sampai saat ini. Sebuah roman filsafat dan kisah alegori lelaki yang hidup sendiri di sebuah pulau tanpa berhubungan dengan manusia lainnya, menemukan kebenaran dengan pemikiran yang masuk akal.

Ibn Thufail (w. 1185M) memiliki reputasi intelektual yang menjulang. Ia pernah didaulat menjadi wazir dan dokter kerajaan, berkhidmat pada khalifah yang berkuasa. Di usia senjanya, ia dipertemukan dengan pemuda yang sangat brilian, Ibn Rusyd. Ketertarikan yang sama membuat mereka sering terlibat dalam percakapan serius. Ibn Rusyd menjadi kawan diskusi sekaligus murid kinasih Ibn Thufail. Karena kearifan laku, kedalaman ilmu, dan keluasan pandangan Ibn Rusyd, akhirnya ia dipilih langsung oleh Ibn Thufail untuk menggantikan dirinya sebagai wazir kekhalifahan ketika memasuki masa pensiun.

Ibn Rusyd (w. 1198M) dikenal sebagai ulama multi talenta. Beliau menguasai filsafat, akidah atau teologi Islam, kedokteran, astronomi, fisika, fikih, dan linguistik. Salah satu karyanya yang melegenda adalah Bidayah al-Mujtahid, kitab perbandingan mazhab fikih. Karier intelektualnya tidak selalu mulus, terutama pasca-wafatnya khalifah terdahulu, yang memiliki hubungan begitu dekat dengan Ibnu Rusyd. Setelah suksesi kepemimpinan, kerajaan mengalami sedikit goncangan, lazimnya dalam setiap pergantian rezim, selalu ada intrik dan politik yang mengelilinginya. Khalifah yang baru tidak dekat dengan Ibn Rusyd, ditambah hoax yang diviralkan oleh sebagian orang yang memiliki kepentingan, menambah segregasi semakin luas, perbedaan primordial ditonjolkan, kecenderungan mazhab, suku, dan golongan semakin diangkat, akhirnya pemikiran Ibn Rusyd yang brilian harus menyerah, dan dianggap menyimpang dan berbahaya. Ia akhirnya harus diasingkan. Ironi yang sangat menyakitkan. Ulama yang memiliki kedalaman ilmu pengetahuan harus terusir karena berita hoax yang terus didengungkan.

Pada usia senja Ibn Rusyd diasingkan karena pemikirannya dianggap berbahaya. Salah satu alasan kenapa karier intelektualnya “dihabisi”, konon karena telah menyerang legenda umat Islam pada saat itu, Imam Abu Hamid Al-Ghazali. Tahafut at-Tahafut karya filosofis yang dimaksudkan untuk mengkritik Tahafut al-Falasifah karya Imam Al-Ghazali dianggap sebagai perang terbuka terhadap ajaran Ahlussunnah wal Jamaah dalam teologi Asy’ariyah. Seperti kita ketahui, Imam Al-Ghazali adalah ulama paripurna, karyanya Ihya Ulumiddin dianggap sebagai buku yang wajib dibaca setiap Muslim setelah Al-Qur’an. Menyerang Imam Al-Ghazali sama dengan bunuh diri. Ini dijadikan senjata oleh oposannya.

Syaikh Al-Akbar Muhyiddin Ibn Arabi (w. 1240M) dalam karyanya Futuhat al-Makkiyyah mengklaim telah bertemu Ibn Rusyd dua kali semasa hidupnya. Pada perjumpaan pertama Ibn Arabi masih remaja, yaitu dalam salah satu kesempatan yang dikenalkan oleh ayahnya, teman dekat Ibn Rusyd. Konon Ibn Rusyd yang meminta perjumpaan ini. Pemikiran Ibn Rusyd secara tidak langsung memengaruhi Ibn Arabi. Mereka saling kagum pada perjumpaan pertama. Ibn Rusyd melihat potensi besar dalam diri Ibn Arabi, juga sebaliknya, Ibn Arabi seperti melihat lautan tak bertepi dalam diri Ibn Rusyd. Ibn Arabi yang menyandang gelar Syaikh Al-Akbar (Guru Yang Agung), mengatakan bahwa Ibn Rusyd menjadi sufi setelah bertemu dengannya.

Dari sini semakin menyadarkan kita bahwa al-Ilmu Nurun, ilmu adalah cahaya, ia bisa menyinari orang-orang di sekitarnya. Ulama yang memiliki pancaran cahaya terang mampu menyinari manusia di sekelilingnya.

Semoga kita termasuk orang yang bisa mengambil manfaat dalam setiap perjumpaan dengan para guru di sekitar kita. Semoga kita mau mendekati sumber cahaya, agar terkena pancaran terangnya. Bukan kuantitatif perjumpaan yang kita butuhkan, tetapi kualitas kekariban spiritual. Semoga kita termasuk orang yang bisa memaknai setiap perjumpaan dengan orang-orang di sekitar kita. Wallahu A’lam

Editor: Irawan Fuadi

Ibn ArabiIbn RusydIbn ThufailImam Al-Ghazali
0 komentar
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
Achmad Fathurrohman

Pemimpin Redaksi Afkaruna.id

sebelumnya
Perjalanan Menuntut Ilmu Imam Asy-Syadzili: Diusir Guru Tiga Kali Hingga Lahirnya Thariqah Syadziliyah
sesudahnya
Dari Nushrat al-Amin sampai Bint Syathi’: Inilah Para Mufasir Perempuan dan Karya-karyanya

You may also like

Imam Ali, Masjid, dan Fragmen Sejarah yang Belum...

Februari 17, 2023

Dihina tapi Mendoakan Kebaikan, Dialah Panglima Khalifah Ali...

Mei 18, 2020

Kisah Perempuan Qur’ani: tidak Berbicara kecuali Ayat Al-Qur’an

Mei 14, 2020

Adab Islam Memperlakukan Pekerja

Mei 10, 2020

Kendi dan Tamu Sayyidina Ali

Mei 7, 2020

Lelaki Miskin yang Menolak Kaya di Hadapan Rasulullah...

Mei 3, 2020

Sikap Rasul kepada Badui yang Menentangnya

April 30, 2020

Dialog Al-Ma’mun dan Aristoteles yang Melahirkan Kejayaan Islam

Maret 18, 2020

Para Perempuan Pertama Pendukung Rasulullah Saw.

November 4, 2019

Makkah dan Madinah di Mata Nabi Muhammad Saw....

Oktober 22, 2019

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Tulisan Terbaru

  • Angka: Tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja
  • Berebut Wacana Childfree, Childless, dan Childcare
  • Islam Mendukung Perempuan Berkarier di Ruang Publik
  • Imam Ali, Masjid, dan Fragmen Sejarah yang Belum Diketahui
  • Marāh Labīd: Kitab Tafsir dari Arab dengan Cita Rasa Nusantara

Tulisan Populer

  • 1

    Al-Fiqh Al-Akbar: Kitab Akidah Karya Imam Abu Hanifah

    April 29, 2020
  • 2

    Perjalanan Menuntut Ilmu Imam Asy-Syadzili: Diusir Guru Tiga Kali Hingga Lahirnya Thariqah Syadziliyah

    September 15, 2019
  • 3

    Faishal al-Tafriqah: Karya Imam al-Ghazali yang Mendedahkan Takfirisme

    Oktober 30, 2019
  • 4

    Imam an-Nasafi, Ulama Besar yang Tak Banyak Dikenal

    Agustus 14, 2019
  • 5

    Sayidina Ali dan Cara(nya) Membela Tuhan

    Juni 28, 2019

Kategori

  • Belajar Islam
  • Buku & Kitab
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
  • Kolom
  • Penerbitan
  • Tokoh Islam
  • Uncategorized

Afkaruna.id didirikan untuk menyediakan bacaan berkualitas yang diulas secara mendalam. Kami fokus mengulas konten akhlak dan kisah Islam, karena wilayah ini merupakan titik temu berbagai pemikiran. Dan kami selalu percaya, akhlak ada di atas ilmu dan melampaui sekat-sekat golongan, mazhab, dan kelas sosial.

  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Email
Footer Logo

Villa Pasirwangi Blok C33, Bandung
@2019 Copyright Afkaruna.id. All Right Reserved. Redaksi.


Back To Top
Afkaruna.id
  • Beranda
  • Belajar Islam
  • Hukum Islam
  • Kisah Islam
    • Hikmatus Salaf
  • Tokoh Islam
    • Tadarus Pemikiran Iqbal
  • Kolom
  • Buku & Kitab
    • Kimiya-yi Saadat
  • Penerbitan
  • Privat
    • Al-Qur’an
    • Bahasa Arab
    • Video Kajian
  • Tentang
    • Kirim Tulisan
    • Kontak
    • Portofolio
    • Redaksi